Sabtu, 20 Oktober 2012

penyimpangan MentaL emosional dan Autisme


BAB I
PENDAHULUAN
A.       Latar Belakang
Mental emosional adalah sesuatu yang berhubungan dengan proses tumbuh kembang. Adanya gangguan mental emosional akan mengakibatkan gangguan perkembangan anak dan akan mempengaruhi dalam pernyesuaiam diri terhadap lingkungan sekitar.
Dasar perkembangan merupakan fondasi bagi setiap individu untuk memahami ruan lingkup gerak. Pada prinsipnya perkembangan motorik yang baik yakni jika seseorang mampu untuk mengalami perubahan baik pisik maupun psikis sesuai dengan masa pertumbuhannya dan perkembangannya. kematangan motorik ini sangat terantung pada integrasi system saraf dan system kerangka otot. Anak yang mampu mencapai perkembangan motorik yang terkoordinasi sangat ditentukan oleh keadaan dan kemauan anak itu sendiri.
Anak autis mengalami gangguan bidang komonikasi bahasa, kognitif, social dan fungsi adaptif, sehinngga menyebabkan mereka semakin lama semakin jauh tertinggal dibanding anak-anak seusia mereka ketika umur mereka makin bertambah.
Menurut Rutter dan scopler dalam siti rahayu (2001:373) sifat yang khas pada anak autis adalah: perkembangan hubungan social terganggu, pola prilaku yang khas terbatas,
Gangguan atau gejala untuk anak autis dapat dikurangi bahkan dapat dihilangkan, sehingga anak autis dapat bergaul secara normal, tumbuh sebagai orang dewasa yang sehat, berkarya bahkan membina keluarga. Pada anak autis kalau tidak diatasi dari sekarang maka akan mengakibatkan anak akan semakin parah bahkan tidak tertanggulangi dan mengakibatkan anak mengalami keterbelakangan mental. Maka melalui terapi dan kemauanlah anak autis dapat menjadi anak yang normal sehingga mampu untuk beradaptasi dan menyesuaikan diri dengan segala kondisi dalam linngkungannya. Serta mampu bersaing dengan anak seusianya.
Berdasarkan fakta-fakta tersebut maka kami dari kelompok empat tertarik untuk membahas hal-hal yang menyangkut penyimpangan mental emosional dan autisme. Baik mengenai apa yang dimaksud penyimpangan mental emosional dan autisme, tanda dan gejalanya, penyebab, penanganan termasuk cara memberikan konseling serta cara pendeteksian dini.   

B.     Tujuan
1.      untuk mengetahui pengertian dari penyimpangan mental emosional
2.      untuk mengetahui pengertian, tanda dan gejala serta penanganan Autisme
3.      untuk mengetahui cara deteksi dini masalah mental emosional dan autisme pada anak


















BAB II
PEMBAHASAAN

A.           Pengertian Pertumbuhan dan Perkembangan
Pertumbuhan adalah bertambahnya jumlah dan besarnya sel diseluruh bagian tubuh yang secara kuantitatif dapat diukur (whalley dan Wong, 2000).
Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan interselular. Berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh sebagian atau keseluruhan, sehingga dapat diukur dengan satuan panjang dan berat.
Perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa, serta sosialisi dan kemandirian
B.            Pengertian Mental dan Emosional
1.      Mental
Mental adalah hasil kerja otak (iskandar,2009)
2.      Emosional
Emosi adalah keadaan tersentuhnya perasaan, disebut pula sebagai perasaan hati atau renjana.sedang kehidupan emosional adalah segenap penghayatan yang berkaitan dengan perasaan hati.
C.           Gangguan perkembangan Mental dan Emosional
Gangguan perkembangan mental dan emosional Yaitu penyimpangan perkembangan yang menunjukkan tanda-tanda keterlambatan anak dimama perkembangannya nampak tidak lengkap atau tidak konsisten dengan pola dan tahapan umum.salah satu contoh gangguan perkembangan mental dan emosional yaitu Autisme.
1.        Pengertian
a.         Autisme adalah  berasal dari kata autos yang artinya terpusat pada diri sendiri. Jadi autisme adalah penyakit atau kelainan dengan spektrum luas , bisa mengenai pikiran, atensi, ataupun persepsi.(iskandar, 2009, Hal. 14)
b.         Autisme adalah gangguan perkembangan khususnya terjadi pada masa anak-anak yang membuat seseorang tidak mampu mengadakan interaksi sosial dan seolah-olah hidup dalam dunianya sendiri.(http/kenali autisme sjak dini/2012.com)
2.        penyebab autisme
sampai saat ini penyebab autisme belum jelas, diduga akibat kelainan struktur atau fungsi otak, ada genetik, faktor lingkungan seperti penggunaan zat kimia tertentu, infeksi virus dan keseimbangan metabolisme.
3.        Tanda dan Gejala
Gejala-gejala autisme mulai tampak sejak masa yang paling awal dalam kehidupan mereka, gejala-gejala tersebut tampak ketika bayi menolak sentuhan orang tuanya, tidak merespon kehadiran orang tuanya, dan melakukan kebiasaan-kebiasaan lainnya yang tidak dilakukan bayi-bayi normal pada umumnya.
Sebagian besar penderita autisme mengalami gejala-gejala negatif seperti skizoprenia seperti menarik diri dari dalam lingkungan serta lemah dalam berfikir ketika menginjak dewasa. Sehubungan dengan aspek sosial kemasyarakatan disebutkan bahwa anak penderita autisme terbiasa untuk sibuk dengan dirinya sendiri, mereka juga terobsesi dengan benda-benda mati, selain itu anak-anak penderita tidak memiliki kemampuan untuk menjali hibungan persahabatan, menunjukkan rasa empati serta memahami yang diharapkan oleh orang lain dalam beragam situasi sosial.
Anak penderita autisme hanya memusatkan perhatian pada apa yang dilakukan oleh tangannya saja. Ditinjau dari segi prilaku, anak-anak penderita autisme cenderung untuk melukai dirinya sendiri, tidak percaya diri, bersikap agresif, menanggapi secara kurang atau bahkan berlebiha terhadap suatu stimuli eksternal dan menggerak-gerakkan anggota tibuhnya secara tidak wajar. Mereka mungkin melakukan tindakan-tindakan tidak wajar, seperti menepuk-nepukkan tangan mereka, mengeluarkan suara yang berulang-ulang, atau gerakan tubuh yang tidak bisa dimengerti seperti menggigit, memukuil, atau menggaruk-garuk tubuh mereka sendiri. Kebanyakan tindakan ini mungkin berasal dari kurangnya kemampuan mereka untuk menyampaikan keinginan serta harapan kepada orang lain dan juga sebagai usaha untuk melepaskan diri dari ketegangan.
Sebagian anak autisme tidak memiliki kemampuan berbicara dengan baik, mereka hanya dapat mengeluarkan suara gema-gema saja dari tenggorokan mereka.
Berikut ini adalah kondisi medis yang dapat menyebabkan autisme :
*        Tuberous sclerosis
*        Kromosom yang tidak normal termasuk lemahnya kromosom X, kelumpuhan karena luka pada otak rubella bawaan, lemahnya kemampuan indriawi dan sindrome down. Selain itu, sekitar 25 % penderita autisme juga menderita penyakit ayan. Tingkat gangguan kemampuan indriawi seperti buta dan tuli sangat umum terjadi pada penderita autisme atau sebaliknya, kepekaan berlebihan dalam melihat, mendengar, menyentuh, membaui serta merasakan sesuatu.
D.           Deteksi dini Penyimpangan perkembangan Mental Emosional dan autisme
Deteksi dini penyimpangan mental emosional adalah kegiatan atau pemeriksaan untuk menemukan secara dini adanya masalah mental emosional dan autisme  pada anak, agar dapat segera dilakukan tindakan intervensi.
1.      Deteksi dini masalah mental emosional padaanak prasekolah
a.       Tujuannya adalah untuk mendeteksi secara dini adanya penyimpangan atau masalah  mental emosional pada anak prasekolah
b.      Jadwal deteksi dini masalah mental emosional adalah rutin setiap 6 bulan pada anak umur 36-72 bulan. Jadwal ini sesuai dengan jadwal skrining atau pemeriksaan perkembangan anak.
c.       Alat yang digunakan adalah KMME yang terdiri dari 12 pertanyaan untuk mengenali problem mental emosional anak umur 36-72 bulan.
d.      Cara melakukan ; Tanyakan setiap pertanyaan dengan lambat, jelas dan nyaring satu persatu perilaku yang tertulis pada KMME Kepada orang tua atau pengasuh anak.
Catat jawaban “Ya”,Kemudian hitung jumlah jawaban “YA”
e.       Interpretasi
Bilaadajawaban “YA”,Makakemungkinananakmengalamimasalah mental emosional
f.       Intervensi
Bilajawaban “ya” hanya1 :
v  Lakukan konseling kepada orang tua menggunakan Buku Pedoman Pola Asuh yang mendukung Perkembangan Anak
v  Lakukan evaluasi setelah 3 bulan, bila tidak ada perubahan rujuk ke Rumah Sakit yang memiliki fasilitas kesehatan jiwa atau tumbuh kembang anak.
Bilajawaban “ya” ditemukan 2 ataulebih :
Rujuk kerumah sakit yang memiliki fasilitas kesehatan jiwa atau tumbuh kembang anak.  Rujukan harus disertai informasi mengenai jumlah dan masalah mental emosional yang ditemukan.
2.      Deteksi Dini Autisme pada anak prasekolah
a.       Tujuanya adalah untuk mendeteksi secara dini adanya autisme pada anak umur 18-36 bulan
b.      Jadwal deteksi dini autisme pada anak prasekolah dilakukan atas indikasi atau bila ada keluhan dari ibu atau pengasuh anak atau ada kecurigaan tenaga kesehatan, kader kesehatan, BKB, petugas PAUD, pengolah TPA dan guru TK. Keluhan tersebut dapat berubah berupa salah satu atau lebih keadaan di bawah ini :
v  Keterlambatan bicara
v  Gangguan komunikasi atau interaksi sosial
v  Perilaku yang berulang-ulang.
v  Alat yang digunakan adalah CHAT.
v  Ada 9 pertanyaan yang dijawab oleh orang tua pengasuh anak.
Pertanyaan diajukan secara berurutan, satu persatu.Jelaskan kepada orang tua untuk tidak ragu-ragu atau takut menjawab.
v  Ada 5 pertanyaan bagi anak, untuk melaksanakan tugas seperti yang tertulis CHAT
c.       Cara menggunakan CHAT
v  Ajukan pertanyaan dengan lambat, jelas dan nyaring, satu-persatu perilaku yang tertulis pada CHAT kepada orang tua atau pengasuh anak.
v  Lakukan pengamatan kemampuan anak sesuai dengan tugas CHAT.
v  Catat jawaban orang tua atau pengasuh anak dan kesimpulan hasil pengamatan kemampuan anak, ya atau tidak.Teliti kembali apakah semua pertanyaan telah dijawab.
A.    Interpretasi
v  Resiko tinggi menderita autis : bila jawaban “tidak” pada pertanyaan A5, A7, B2, B3 dan B4.
v  Resiko rendah menderita autis : bila jawaban “tidak” pada pertanyaan A7 dan B4.
v  Kemungkinan gangguan perkembangan lain : bila jawaban “tidak” jumlahnya 3 atau lebih untuk pertanyaan A1-A4, A6, A8, A9, B1 dan B5.
v  Anak dalam batas normal bila tidak termasuk dalam kategori 1,2,dan 3.

E.     Konseling Pada Anak dengan autisme
Konseling adalah proses pemberian informasi objektif dan lengkap dilakukan secara sistematik dengan panduan keterampilan komunikasi interpersonal, tehnik bimbingan dan penguasaan pengetahuan klinik bertujuan untuk membantu seseorang mengetahui kondisi saat ini , masalah yang sedang dihadapi dan menentukan jalan keluar atau upaya untuk mengatasi masalah tersebut.
Seorang anak membutuhkan bimbingan dan dukungan moral dan fisik dari keluarga yang memahami kebutuhan anak yang sangat diperlukan dalam menyikapi perilaku emosional anak-anak.
Pada sebagian anak, gejala autis dapat diketahui sejak anak lahir, disebut dengan Autistik Infantil. Ibu yang memperhatikan perkembangan anaknya, dapat mengetahui perbedaan si anak saat berusia satutahun dari tatapan matanya. Sedangkan, sebelum usia tiga tahun, gejalanya dapat dilihat dari kurangnya interaksi sosial, cara berbicara, cara main yang monoton.
Latar Belakang Penanganan anak autis memang cukup berat, karena membutuhkan strategi yang berbeda dengan anak lain pada umumnya. Selaintidak mampu bersosialisasi, penderita autis tidak dapat mengendalikan emosinya. Ia hanya tertarik kepada aktivitas mental dirinya sendiri. Kelainan ini juga menyebabkan perkembangan anak penyandang autism tertinggal jauh dibanding anak normal seusianya. Bahkan tidak mustahil anak autis akan menjadi abnormal selamanya, bila tidak mendapat penanganan, pendidikan, dan perlakuan yang serius.
Untuk orang tua yang memiliki anak dengan  Autism Spectrum Disoder (ASD), ketika mereka mengetahui bahwa buah hatinya memiliki perkembangan yang berbeda dengan anak pada umumnya, maka wajar bila orang tua merasa "khawatir". Orang tua sering berjuang dengan diagnosis anak mereka, perilaku yang terkait dengan gangguan/keterlambatannya, langkah-langkah yang harus diambil untuk membantu anaknya, bahkan beban keuangan dan mempertahankan hidup "normal".
Para orang tua harus berjuang sendiri mengembangkan anaknya. Sayangnya, terapi yang harus dijalani anak-anak autistik ini harus dijalankan dengan intensif. Biayanya pun mahal, sehingga sering tidak terjangkau oleh masyarakat bawah.     
Penanganan kelainan ini diakui banyak pihak sangatlah sulit. Harus dibentuk penanganan menyeluruh yang terdiri atas orangtua, guru, terapis, dankeluarga. Semua ini harus diarahkan untuk membangun kemampuan anak bersosialisasi dan berbicara. Penanganan oleh institusi profesional akan sangat membantu. Selain demi kemajuan penderita, konseling institusi ini akan dibutuhkan pihak keluarga untuk mendapatkan informasi, sekaligus menghilangkan perasaan bersalah atau merasa masalah ini adalah aib yang harus ditutupi. Dengan intervensi dini yang tepat dan optimal, seorang anak penyandang autisme dapat pulih dan hidup normal di tengah masyarakat.
Menangani anak autistik memang memiliki fenomena dan dinamika tersendiri, tanpa terkecuali baik bagi para orangtua, ahli, dokter, psikolog maupun terapis anakautistik. Pemahaman dan kesabaran tentu sangat diperlukan demi pencapaian hasilmaksimal dalam menangani anak autistik, seorang yang ahli secara teoritis belumdapat dipastikan mampu menangani anak autis dengan berbagai keterbatasan dan kesenjangan perkembangan perilaku yang dimiliki anak dengan autis.
Beberapa jenis terapi penunjang bagi anak autistik dapat diberikan yang disesuaikan dengan karakteristik dan kebutuhan anak, antara lain :
a.       Terapi Medikamentosa Yaitu terapi dengan menggunakan obat-obatan. Pemakaian obat-obat ini akan sangat membantu untuk memperbaiki respon anak terhadap lingkungan. Sehingga ia lebih mudah menerima tatalaksana terapi yanglain. Obat yang selama ini cukup sering digunakan dan memberikan respon yangbaik adalah risperidone. Bila kemajuan yang dicapai sudah bagus, maka obat-obatan bisa mulai dikurangi bahkan dihentikan.
b.      Terapi Wicara Terapi wicara merupakan suatu keharusan bagi penyandang autism, karena semua anak autistik mengalami gangguan bicara danberbahasa. Hal ini harus dilakukan oleh seorang ahli terapi wicara yang memangdididik khusus untuk itu.
c.       Terapi Okupasional Jenis terapi ini perlu diberikan pada anak yang memiliki gangguan perkembangan motorik halus untuk memperbaiki kekuatan, koordinasi dan ketrampilan. Hal ini berkaitan dengan gerakan-gerakan halus dantrampil, seperti menulis.
d.      Terapi Perilaku Terapi ini penting untuk membantu anak autistic agar kelak dapat berbaur dalam masyarakat, dan menyesuaikan diri dalamlingkungannya. Mereka akan diajarkan perilaku perilaku yang umum, dengan carareward and punishment, dimana kita memberikan pujian bila mereka melakukanperintah dengan benar, dan kita berikan hukuman melalui perkataan yang bernadabiasa jika mereka salah melaksanakan perintah. Perintah yang diberikan adalahperintah-perintah ringan, dan mudah dimengerti.
e.       Terapi Bermain  sebagai penggunaan secara sistematis dari model teoritis untukmemantapkan proses interpersonal. Pada terapi ini, terapis bermain menggunakankekuatan terapuitik permaianan untuk membantu klien menyelesaikankesulitan-kesulitan psikosional dan mencapai pertumbuhan, perkembangan yang optimal.
f.       Terapi Musik  menurut Canadian Association for Music Therapy (2002) adalah penggunaan musik untuk membantu integrasi fisik, psikologis, dan emosi individu, sertatreatment penyakit atau ketidakmampuan. Atau terapi musik adalah suatu tetapi yang menggunakan musik untuk membantu seseorang dalam fungsi kognitif, psikologis, fisik, perilaku, dan sosial yang mengalami hambatan maupunkecacatan.
g.      Terapi Integrasi Sensoris Terapi ini berguna meningkatkan kematangan susunan saraf pusat, sehingga lebih mampuuntuk memperbaiki sruktur dan fungsinya. Aktivitas ini merangsang koneksisinaptik yang lebih kompleks, dengan demikian bisa meningkatkan kapasitas untuk belajar.
h.      Terapi Biomedik Terapi biomedik fokus pada pembersihan fungsi-fungsi abnormal pada otak. Dengan terapi ini diharapkan fungsi susunan saraf pusat bisa bekerja dengan lebih baiksehingga gejala autism berkurang.
i.        Terapi makanan Terapi melalui makanan (diet therapy) diberikan untuk anak-anak yang alergi pada makanan tertentu. Diet yang sering dilakukan pada anak autistik adalah GFCF (Glutein Free Casein Free). Anak dengan gejala autism memang tidak disarankan untuk mengasup makanan dengan kadar gula tinggi. Hal ini berpangaruh pada sifat hiperaktif sebagian besardari mereka.
j.        Pendidikan Khusus Pendidikan khusus adalah pendidikan individual yang terstruktur bagi para penyandang autism. Pada pendidikan khusus,diterapkan sistem satu guru untuk satu anak. Sistem ini paling efektif karena mereka tak mungkin dapat memusatkan perhatiannya dalam suatu kelas yang besar. Banyak orangtua yang tetap memasukan anaknya ke kelompok bermain atau STK normal, dengan harapan bahwa anaknya bisa belajar bersosialisasi. Untuk penyandang autism ringan hal ini bisa dilakukan, namun ia harus tetap mendapatkan pendidikan khusus.  
Program Layanan Pendidikan bagi Anak Autistik Pada anak autistik yang telah melakukan terapi rutin dengan baik dan memperlihatkan kebehasilan yang cukup tinggi,
anak tersebut dapat dikatakan bisa menjalani pendidikan yang sesuai dengan anak tersebut. Anak-anak diperkenalkan ke dalam kelompok anak-anak yang normal yang sesuai dengan usianya, sehingga ia dapatmempunyai figure / role mode anak noramal dan meniru tingkah laku anak normaltersebut. Ada beberapa progaram layanan pendidikan bagi anak autistik yang sesuia dengan kebutuhan masing-masing anak, diantaranya :  Kelas Transisi, Program kelas transisis ini bertujuan membantu anak atutistik dalam mempersiapkan transisi ke bentuklayanan pendidikan lanjutan. Dalam kelas trnsisi ini akan digali dandikembangkan kemampuan, potensi dan minat anak, sehingga akan terlihat gambaranyang jelas mengenai tingkat keparahan serta keunggulan anak, yang merupakankarakteristik spesifik dari tiap individu. Kelas transisis merupakan titikacuan dalam pemilihan bentuk layanan pendidikan lanjutan yang paling sesuai. Pendidikan Inklusi Program dilaksanakan pada sekolah reguler yang menerima anak autistik. Karakteristik program ini anak yang sudah mampu mengendalalikan perilakunya sehingga tampak berperilaku normal, berkomunikasi dan berbicara normal, serta mempunyai wawasan akademik yang cukup sesuai dengan anak seusianya. Untuk program ini diperlukan keterbukaan dari sekolah umum; padas aat test masuk sekolah tidak hanya didasari oleh tes IQ untuk anak normal. Pendidikan Terpadu Dalam hal ini secara teknis pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dalam pendidikan terpadu memerlukan kelas khusus yang hanya akan digunakan oleh anak autistikjika anak tersebut memerlukan bantuan dari guru pembimbing khusus (GPK) atauguru pendamping (shadow), untuk pelajaran tertentu yang tidak dimengertinya.   
Terapi akan lebih maksimal ketika orang tua juga mempunyai peran yangs ama untuk membantu anak, karena waktu yang lebih lama bagi anak adalah waktu disaat dia ada di rumah dan bersama kedua orang tuanya. Terapi juga diperlukan di rumah selain terapi dari institusi atau sekolah khusus, halini sangat diperlukan kerjasama yang terorganisir serta dipantau secara intensif dengan tujuan semua program terapi yang diperlukan dapat berjalan dengan lancar dan tidak ada waktu yang terbuang. Orang tua dalam melakukan terapi di rumah tentu saja telah mendapatkan penjelasan tentang proses terapi itu sendiri dengan menerapkan kedisiplinan yang tinggi pada metode maupun padapenaturan waktu.
1.      Konseling Orang tua dari anak-anak dengan ASD sangat mungkin mendapatkan keuntungan dari:
2.      Individual dan Konseling Kelompok.
3.      Konsultasi Perkembangan Anak Autisme
4.      Bimbingan program pendidikan atau terapi anak autisme.
5.      Pelatihan metode penanganan (home based therapy)
6.      Kasih Sayang dan Kesabaran, Kunci Keberhasilan Menangani Anak Autistik










BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Berdasarkan materi yang telah dipaparkan diatas maka dapat disimpulkan bahwa :
1.      Gangguan perkembangan mental dan emosional Yaitu penyimpangan perkembangan yang menunjukkan tanda-tanda keterlambatan anak dimama perkembangannya nampak tidak lengkap atau tidak konsisten dengan pola dan tahapan umum.
2.      Autisme adalah gangguan perkembangan khususnya terjadi pada masa anak-anak yang membuat seseorang tidak mampu mengadakan interaksi sosial dan seolah-olah hidup dalam dunianya sendiri.
3.      sampai saat ini penyebab autisme belum jelas, diduga akibat kelainan struktur atau fungsi otak, ada genetik, faktor lingkungan seperti penggunaan zat kimia tertentu, infeksi virus dan keseimbangan metabolisme.
4.      Tanda dan gejala Autisme ; ketika bayi menolak sentuhan orang tuanya, tidak merespon kehadiran orang tuanya, dan melakukan kebiasaan-kebiasaan lainnya yang tidak dilakukan bayi-bayi normal pada umumnya. Sebagian besar penderita autisme mengalami gejala-gejala negatif seperti skizoprenia seperti menarik diri dari dalam lingkungan serta lemah dalam berfikir ketika menginjak dewasa. Sehubungan dengan aspek sosial kemasyarakatan disebutkan bahwa anak penderita autisme terbiasa untuk sibuk dengan dirinya sendiri, mereka juga terobsesi dengan benda-benda mati, selain itu anak-anak penderita tidak memiliki kemampuan untuk menjali hibungan persahabatan, menunjukkan rasa empati serta memahami yang diharapkan oleh orang lain dalam beragam situasi sosial.
5.      Deteksi dini penyimpangan mental emosional dapat dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang disebut dengan KMME berupa 12 pertanyaan yang diajukan kepada orang tua anak.
6.      Deteksi dini Autisme dilakukan dengan menggunakan CHAT berupa 9 pertanyaan bagi orang tua dan 5 pertanyaan bagi untuk anak.


B.     Saran
Kepada dosen pembimbing agar sekiranya dapat memberikan masukan dan saran tentang penulisan makalah ini baik mengenai sistematika penulisan maupun menyangkut isi atau pokok bahasan dalam makalah ini. Dan Kepada rekan-rekan agar sekiranya dapat memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun.


















Lampiran  1
Koisioner deteksi dini autisme
KUESIONER

MASALAH MENTAL EMOSIONAL (KMME)

NO
PERTANYAAN
YA
TIDAK
1
Apakah anak anda seringkali terlihat marah tanpa sebab  yang jelas?
(Seperti banyak menangis, mudah tersinggung atau bereaksi berlebihan terhadap hal-hal  yang sudah biasa dihadapinya)


2
Apakah anak anda tampak menghindar dari teman-teman atau anggota keluarganya?
(Seperti ingin merasa sendirian, menyendir iatau merasa sedih sepanjang waktu, kehilangan minat terhadap hal-hal yang biasa diminati)


3
Apakah anak anda terlihat berprilaku merusak dan menentang terhadap lingkungan di sekitarnya?
(Seperti melanggar peraturan yang ada, mencuri, seringkali melakukan perbuatan yang berbahaya bagi dirinya atau menyiksa binatang atau anak-anak lainnya serta tampak tidak peduli dengan nasehat-nasehat yang sudah diberikan kepadanya)


4
Apakah anak anda memperlihatkan adanya perasaan ketakutan atau kecemasan yang berlebihan yang tidak dapat dijelaskan asalnya atau tidak sebanding dengan anak lain seusianya?


5
Apakah anak anda mengalami keterbatasan olehkarena adanya konsentrasi yang buruk atau mudah teralih perhatiannya sehingga mengalami penurunan dalam aktivitas sehari-hari atau prestasi belajarnya?


6
Apakah anak anda menunjukkan perilaku kebingungan sehingga mengalami kesulitan dalam berkomunikasi dan membuat keputusan?


7
Apakah anak anda menunjukkan adanya perubahan pola tidur?
(Seperti sulit tidur sepanjang waktu, terjaga sepanjang hari, sering terbangun di waktu tidur malam oleh karena mimpi buruk atau mengigau)


8
Apakah anak anda mengalami perubahan pola makan?
(Seperti kehilangan nafsu makan, makan berlebihan atau tidak mau makan sama sekali)


9
Apakah anak anda seringkali mengeluh sakit kepala, sakit perut atau keluhan-keluhan fisik lainnya?


10
Apakah anak anda seringkali mengeluh putus asa atau berkeinginan untuk mengakhiri hidupnya?


11
Apakah anak anda menunjukkan adanya kemunduran perilaku atau kemampuan yang  sudah dimilikinya?


12
Apakah anak anda melakukan perbuatan  yang  berulang-ulang tanpa alasan yang jelas



Lampiran  2
CEKLIS DETEKSI DINI AUTIS
PADA ANAK UMUR 18-36 BULAN
CHAT (Checklist for Autism in Toddler)
A
ANAMNESIS
YA
TIDAK
1
Apakah anak senang diayun-ayun atau diguncang-guncang naik turun (bounched) di paha anda?


2
Apakah anak tertarik (memperhatikan) anak lain?


3
Apakah anak suka memanjat-manjat, seperti memanjat tangga?


4
Apakah anak suka bermain “cilukba”, petakumpet?


5
Apakah anak pernah bermain seolah-olah membuat secangkir the menggunakan mainan berbentuk cangkir dan teko atau permainan lain?


6
Apakah anak pernah menunjuk atau meminta sesuatu dengan menunjukkan jari?


7
Apakah anak pernah menggunakan jari untuk menunjuk kesesuatu agar anda melihat kesana?


8
Apakah anak dapat bermain dengan mainan yang kecil (mobil atau kubus)


9
Apakah anak pernah memberikan suatu benda untuk menunjukkan sesuatu?


B
PENGAMATAN
YA
TIDAK
1
Selama pemeriksaan apakah anak anda menatap (kontak mata) dengan pemeriksa?


2
Usahakan menarik perhatian anak, kemudian pemeriksa menunjuk sesuatu di ruangan pemeriksaan sambil mengatakan : “Lihat itu ada bola (atau mainan lain)”
Perhatikan mata anak, apakah ia melihat kebenda yang ditunjuk, bukan melihat tangan pemeriksa.


3
Usahakan menarik perhatian anak, berikan mainan gelas/cangkir dan teko. Katakan pada anak : “Buatkan secangkir susu buat mama!”


4
Tanyakan pada anak : “Tunjukkan mana gelas !” (Gelas dapat diganti dengan nama benda lain yang dikenal anak dan ada disekitar kita). Apakah anak menunjukkan benda tersebut dengan jarinya? Atau sambil menatap wajah anda ketika menunjuk ke sesuatu benda.


5
Apakah anak anda menumpuk beberapa kubus/balok menjadi suatu menara?







DAFTAR PUSTAKA
Kartono Kartini, 2007.Psikologi Anak.Bandung: CV Mandar Maju
Dewi Ika, dkk. 2008.Konsep Utama perkembangan Anak.             
Suraj Gupte. 2004.child care everything you wanted to know.Jakarta:sterling publiser
Waldemar Elna.2007.Playscool guide to the todder year: proffesional ,reassuring advice on surviving-and thriving-during lodder years. Jakarta