BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Mental emosional adalah sesuatu yang
berhubungan dengan proses tumbuh kembang. Adanya gangguan mental emosional akan
mengakibatkan gangguan perkembangan anak dan akan mempengaruhi dalam
pernyesuaiam diri terhadap lingkungan sekitar.
Dasar perkembangan merupakan fondasi bagi setiap individu untuk memahami ruan lingkup gerak. Pada prinsipnya perkembangan motorik yang baik yakni jika seseorang mampu untuk mengalami perubahan baik pisik maupun psikis sesuai dengan masa pertumbuhannya dan perkembangannya. kematangan motorik ini sangat terantung pada integrasi system saraf dan system kerangka otot. Anak yang mampu mencapai perkembangan motorik yang terkoordinasi sangat ditentukan oleh keadaan dan kemauan anak itu sendiri.
Anak autis mengalami gangguan bidang komonikasi bahasa, kognitif, social dan fungsi adaptif, sehinngga menyebabkan mereka semakin lama semakin jauh tertinggal dibanding anak-anak seusia mereka ketika umur mereka makin bertambah.
Menurut Rutter dan scopler dalam siti rahayu (2001:373) sifat yang khas pada anak autis adalah: perkembangan hubungan social terganggu, pola prilaku yang khas terbatas,
Gangguan atau gejala untuk anak autis dapat dikurangi bahkan dapat dihilangkan, sehingga anak autis dapat bergaul secara normal, tumbuh sebagai orang dewasa yang sehat, berkarya bahkan membina keluarga. Pada anak autis kalau tidak diatasi dari sekarang maka akan mengakibatkan anak akan semakin parah bahkan tidak tertanggulangi dan mengakibatkan anak mengalami keterbelakangan mental. Maka melalui terapi dan kemauanlah anak autis dapat menjadi anak yang normal sehingga mampu untuk beradaptasi dan menyesuaikan diri dengan segala kondisi dalam linngkungannya. Serta mampu bersaing dengan anak seusianya.
Dasar perkembangan merupakan fondasi bagi setiap individu untuk memahami ruan lingkup gerak. Pada prinsipnya perkembangan motorik yang baik yakni jika seseorang mampu untuk mengalami perubahan baik pisik maupun psikis sesuai dengan masa pertumbuhannya dan perkembangannya. kematangan motorik ini sangat terantung pada integrasi system saraf dan system kerangka otot. Anak yang mampu mencapai perkembangan motorik yang terkoordinasi sangat ditentukan oleh keadaan dan kemauan anak itu sendiri.
Anak autis mengalami gangguan bidang komonikasi bahasa, kognitif, social dan fungsi adaptif, sehinngga menyebabkan mereka semakin lama semakin jauh tertinggal dibanding anak-anak seusia mereka ketika umur mereka makin bertambah.
Menurut Rutter dan scopler dalam siti rahayu (2001:373) sifat yang khas pada anak autis adalah: perkembangan hubungan social terganggu, pola prilaku yang khas terbatas,
Gangguan atau gejala untuk anak autis dapat dikurangi bahkan dapat dihilangkan, sehingga anak autis dapat bergaul secara normal, tumbuh sebagai orang dewasa yang sehat, berkarya bahkan membina keluarga. Pada anak autis kalau tidak diatasi dari sekarang maka akan mengakibatkan anak akan semakin parah bahkan tidak tertanggulangi dan mengakibatkan anak mengalami keterbelakangan mental. Maka melalui terapi dan kemauanlah anak autis dapat menjadi anak yang normal sehingga mampu untuk beradaptasi dan menyesuaikan diri dengan segala kondisi dalam linngkungannya. Serta mampu bersaing dengan anak seusianya.
Berdasarkan fakta-fakta tersebut
maka kami dari kelompok empat tertarik untuk membahas hal-hal yang menyangkut penyimpangan
mental emosional dan autisme. Baik mengenai apa yang dimaksud penyimpangan
mental emosional dan autisme, tanda dan gejalanya, penyebab, penanganan
termasuk cara memberikan konseling serta cara pendeteksian dini.
B.
Tujuan
1. untuk
mengetahui pengertian dari penyimpangan mental emosional
2. untuk
mengetahui pengertian, tanda dan gejala serta penanganan Autisme
3. untuk
mengetahui cara deteksi dini masalah mental emosional dan autisme pada anak
BAB
II
PEMBAHASAAN
A.
Pengertian Pertumbuhan dan Perkembangan
Pertumbuhan
adalah bertambahnya jumlah dan besarnya sel diseluruh bagian tubuh yang secara
kuantitatif dapat diukur (whalley dan Wong, 2000).
Pertumbuhan
adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan interselular. Berarti
bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh sebagian atau keseluruhan,
sehingga dapat diukur dengan satuan panjang dan berat.
Perkembangan
adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam
kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa, serta sosialisi dan
kemandirian
B.
Pengertian Mental dan Emosional
1.
Mental
Mental
adalah hasil kerja otak (iskandar,2009)
2.
Emosional
Emosi
adalah keadaan tersentuhnya perasaan, disebut pula sebagai perasaan hati atau
renjana.sedang kehidupan emosional adalah segenap penghayatan yang berkaitan
dengan perasaan hati.
C.
Gangguan perkembangan Mental dan Emosional
Gangguan
perkembangan mental dan emosional Yaitu penyimpangan perkembangan yang
menunjukkan tanda-tanda keterlambatan anak dimama perkembangannya nampak tidak
lengkap atau tidak konsisten dengan pola dan tahapan umum.salah satu contoh
gangguan perkembangan mental dan emosional yaitu Autisme.
1.
Pengertian
a.
Autisme
adalah berasal dari kata autos yang
artinya terpusat pada diri sendiri. Jadi autisme adalah penyakit atau kelainan
dengan spektrum luas , bisa mengenai pikiran, atensi, ataupun
persepsi.(iskandar, 2009, Hal. 14)
b.
Autisme
adalah gangguan perkembangan khususnya terjadi pada masa anak-anak yang membuat
seseorang tidak mampu mengadakan interaksi sosial dan seolah-olah hidup dalam
dunianya sendiri.(http/kenali autisme sjak dini/2012.com)
2.
penyebab
autisme
sampai
saat ini penyebab autisme belum jelas, diduga akibat kelainan struktur atau
fungsi otak, ada genetik, faktor lingkungan seperti
penggunaan zat kimia tertentu, infeksi virus dan keseimbangan metabolisme.
3.
Tanda
dan Gejala
Gejala-gejala
autisme mulai tampak sejak masa yang paling awal dalam kehidupan mereka,
gejala-gejala tersebut tampak ketika bayi menolak sentuhan orang tuanya, tidak
merespon kehadiran orang tuanya, dan melakukan kebiasaan-kebiasaan lainnya yang
tidak dilakukan bayi-bayi normal pada umumnya.
Sebagian
besar penderita autisme mengalami gejala-gejala negatif seperti skizoprenia
seperti menarik diri dari dalam lingkungan serta lemah dalam berfikir ketika
menginjak dewasa. Sehubungan dengan aspek sosial kemasyarakatan disebutkan
bahwa anak penderita autisme terbiasa untuk sibuk dengan dirinya sendiri,
mereka juga terobsesi dengan benda-benda mati, selain itu anak-anak penderita
tidak memiliki kemampuan untuk menjali hibungan persahabatan, menunjukkan rasa
empati serta memahami yang diharapkan oleh orang lain dalam beragam situasi
sosial.
Anak
penderita autisme hanya memusatkan perhatian pada apa yang dilakukan oleh
tangannya saja. Ditinjau dari segi prilaku, anak-anak penderita autisme
cenderung untuk melukai dirinya sendiri, tidak percaya diri, bersikap agresif,
menanggapi secara kurang atau bahkan berlebiha terhadap suatu stimuli eksternal
dan menggerak-gerakkan anggota tibuhnya secara tidak wajar. Mereka mungkin
melakukan tindakan-tindakan tidak wajar, seperti menepuk-nepukkan tangan
mereka, mengeluarkan suara yang berulang-ulang, atau gerakan tubuh yang tidak
bisa dimengerti seperti menggigit, memukuil, atau menggaruk-garuk tubuh mereka
sendiri. Kebanyakan tindakan ini mungkin berasal dari kurangnya kemampuan
mereka untuk menyampaikan keinginan serta harapan kepada orang lain dan juga
sebagai usaha untuk melepaskan diri dari ketegangan.
Sebagian
anak autisme tidak memiliki kemampuan berbicara dengan baik, mereka hanya dapat
mengeluarkan suara gema-gema saja dari tenggorokan mereka.
Berikut
ini adalah kondisi medis yang dapat menyebabkan autisme :
D.
Deteksi dini Penyimpangan perkembangan Mental Emosional
dan autisme
Deteksi dini penyimpangan mental emosional adalah kegiatan atau pemeriksaan
untuk menemukan secara dini adanya masalah mental emosional dan autisme pada anak, agar dapat segera dilakukan tindakan intervensi.
1.
Deteksi dini masalah
mental emosional padaanak prasekolah
a.
Tujuannya adalah untuk mendeteksi secara dini adanya penyimpangan atau masalah mental emosional pada anak prasekolah
b.
Jadwal deteksi dini masalah mental emosional adalah rutin setiap 6 bulan pada anak umur 36-72 bulan. Jadwal
ini sesuai dengan jadwal skrining atau pemeriksaan perkembangan anak.
c.
Alat yang digunakan adalah KMME yang terdiri dari 12 pertanyaan untuk
mengenali problem mental emosional anak umur 36-72 bulan.
d.
Cara melakukan ; Tanyakan setiap pertanyaan dengan lambat, jelas dan
nyaring satu persatu perilaku yang tertulis pada KMME Kepada orang tua atau pengasuh
anak.
Catat jawaban “Ya”,Kemudian hitung jumlah jawaban “YA”
Catat jawaban “Ya”,Kemudian hitung jumlah jawaban “YA”
e.
Interpretasi
Bilaadajawaban “YA”,Makakemungkinananakmengalamimasalah mental emosional
Bilaadajawaban “YA”,Makakemungkinananakmengalamimasalah mental emosional
f.
Intervensi
Bilajawaban “ya” hanya1 :
Bilajawaban “ya” hanya1 :
v Lakukan konseling kepada
orang tua menggunakan Buku Pedoman Pola Asuh yang mendukung Perkembangan Anak
v Lakukan evaluasi setelah
3 bulan, bila tidak ada perubahan rujuk ke Rumah Sakit yang memiliki fasilitas kesehatan
jiwa atau tumbuh kembang anak.
Bilajawaban “ya”
ditemukan 2 ataulebih :
Rujuk
kerumah sakit yang memiliki fasilitas kesehatan jiwa atau tumbuh kembang anak. Rujukan harus disertai informasi mengenai jumlah
dan masalah mental emosional yang ditemukan.
2.
Deteksi Dini Autisme
pada anak prasekolah
a.
Tujuanya adalah untuk mendeteksi secara dini adanya autisme pada anak
umur 18-36 bulan
b.
Jadwal deteksi dini autisme pada anak prasekolah dilakukan atas indikasi
atau bila ada keluhan dari ibu atau pengasuh anak atau ada kecurigaan tenaga kesehatan,
kader kesehatan, BKB, petugas PAUD, pengolah TPA dan guru TK. Keluhan tersebut dapat
berubah berupa salah satu atau lebih keadaan di bawah ini :
v Keterlambatan bicara
v Gangguan komunikasi atau
interaksi sosial
v Perilaku yang
berulang-ulang.
v Alat yang digunakan adalah
CHAT.
v Ada 9 pertanyaan yang
dijawab oleh orang tua pengasuh anak.
Pertanyaan diajukan secara berurutan, satu persatu.Jelaskan kepada orang tua untuk tidak ragu-ragu atau takut menjawab.
Pertanyaan diajukan secara berurutan, satu persatu.Jelaskan kepada orang tua untuk tidak ragu-ragu atau takut menjawab.
v Ada 5 pertanyaan bagi anak,
untuk melaksanakan tugas seperti yang tertulis CHAT
c.
Cara menggunakan CHAT
v Ajukan pertanyaan dengan
lambat, jelas dan nyaring, satu-persatu perilaku yang tertulis pada CHAT kepada
orang tua atau pengasuh anak.
v Lakukan pengamatan kemampuan
anak sesuai dengan tugas CHAT.
v Catat jawaban orang tua atau
pengasuh anak dan kesimpulan hasil pengamatan kemampuan anak, ya atau tidak.Teliti
kembali apakah semua pertanyaan telah dijawab.
A.
Interpretasi
v Resiko tinggi menderita autis
: bila jawaban “tidak” pada pertanyaan A5, A7, B2, B3 dan B4.
v Resiko rendah menderita autis
: bila jawaban “tidak” pada pertanyaan A7 dan B4.
v Kemungkinan gangguan perkembangan
lain : bila jawaban “tidak” jumlahnya 3 atau lebih untuk pertanyaan A1-A4, A6,
A8, A9, B1 dan B5.
v Anak dalam batas normal
bila tidak termasuk dalam kategori 1,2,dan 3.
E. Konseling
Pada Anak dengan autisme
Konseling
adalah proses pemberian informasi objektif dan lengkap dilakukan secara
sistematik dengan panduan keterampilan komunikasi interpersonal, tehnik
bimbingan dan penguasaan pengetahuan klinik bertujuan untuk membantu seseorang
mengetahui kondisi saat ini , masalah yang sedang dihadapi dan menentukan jalan
keluar atau upaya untuk mengatasi masalah tersebut.
Seorang anak
membutuhkan bimbingan dan dukungan moral dan fisik dari keluarga yang memahami
kebutuhan anak yang sangat diperlukan dalam menyikapi perilaku emosional
anak-anak.
Pada
sebagian anak, gejala autis dapat diketahui sejak anak lahir, disebut dengan
Autistik Infantil. Ibu yang memperhatikan perkembangan anaknya, dapat
mengetahui perbedaan si anak saat berusia satutahun dari tatapan matanya.
Sedangkan, sebelum usia tiga tahun, gejalanya dapat dilihat dari kurangnya
interaksi sosial, cara berbicara, cara main yang monoton.
Latar
Belakang Penanganan anak autis memang cukup berat, karena membutuhkan strategi
yang berbeda dengan anak lain pada umumnya. Selaintidak mampu bersosialisasi,
penderita autis tidak dapat mengendalikan emosinya. Ia hanya tertarik kepada
aktivitas mental dirinya sendiri. Kelainan ini juga menyebabkan perkembangan
anak penyandang autism tertinggal jauh dibanding anak normal seusianya. Bahkan
tidak mustahil anak autis akan menjadi abnormal selamanya, bila tidak mendapat
penanganan, pendidikan, dan perlakuan yang serius.
Untuk orang
tua yang memiliki anak dengan Autism Spectrum Disoder (ASD), ketika
mereka mengetahui bahwa buah hatinya memiliki perkembangan yang berbeda dengan
anak pada umumnya, maka wajar bila orang tua merasa "khawatir". Orang
tua sering berjuang dengan diagnosis anak mereka, perilaku yang terkait dengan
gangguan/keterlambatannya, langkah-langkah yang harus diambil untuk membantu
anaknya, bahkan beban keuangan dan mempertahankan hidup "normal".
Para orang
tua harus berjuang sendiri mengembangkan anaknya. Sayangnya, terapi yang harus
dijalani anak-anak autistik ini harus dijalankan dengan intensif. Biayanya pun
mahal, sehingga sering tidak terjangkau oleh masyarakat bawah.
Penanganan
kelainan ini diakui banyak pihak sangatlah sulit. Harus dibentuk penanganan
menyeluruh yang terdiri atas orangtua, guru, terapis, dankeluarga. Semua ini
harus diarahkan untuk membangun kemampuan anak bersosialisasi dan berbicara.
Penanganan oleh institusi profesional akan sangat membantu. Selain demi
kemajuan penderita, konseling institusi ini akan dibutuhkan pihak keluarga
untuk mendapatkan informasi, sekaligus menghilangkan perasaan bersalah atau
merasa masalah ini adalah aib yang harus ditutupi. Dengan intervensi dini yang
tepat dan optimal, seorang anak penyandang autisme dapat pulih dan hidup normal
di tengah masyarakat.
Menangani
anak autistik memang memiliki fenomena dan dinamika tersendiri, tanpa
terkecuali baik bagi para orangtua, ahli, dokter, psikolog maupun terapis
anakautistik. Pemahaman dan kesabaran tentu sangat diperlukan demi pencapaian
hasilmaksimal dalam menangani anak autistik, seorang yang ahli secara teoritis
belumdapat dipastikan mampu menangani anak autis dengan berbagai keterbatasan
dan kesenjangan perkembangan perilaku yang dimiliki anak dengan autis.
Beberapa
jenis terapi penunjang bagi anak autistik dapat diberikan yang disesuaikan
dengan karakteristik dan kebutuhan anak, antara lain :
a. Terapi
Medikamentosa Yaitu terapi dengan menggunakan obat-obatan. Pemakaian obat-obat
ini akan sangat membantu untuk memperbaiki respon anak terhadap lingkungan.
Sehingga ia lebih mudah menerima tatalaksana terapi yanglain. Obat yang selama
ini cukup sering digunakan dan memberikan respon yangbaik adalah risperidone.
Bila kemajuan yang dicapai sudah bagus, maka obat-obatan bisa mulai dikurangi
bahkan dihentikan.
b. Terapi Wicara
Terapi wicara merupakan suatu keharusan bagi penyandang autism, karena semua
anak autistik mengalami gangguan bicara danberbahasa. Hal ini harus dilakukan
oleh seorang ahli terapi wicara yang memangdididik khusus untuk itu.
c. Terapi
Okupasional Jenis terapi ini perlu diberikan pada anak yang memiliki gangguan
perkembangan motorik halus untuk memperbaiki kekuatan, koordinasi dan
ketrampilan. Hal ini berkaitan dengan gerakan-gerakan halus dantrampil, seperti
menulis.
d. Terapi
Perilaku Terapi ini penting untuk membantu anak autistic agar kelak dapat
berbaur dalam masyarakat, dan menyesuaikan diri dalamlingkungannya. Mereka akan
diajarkan perilaku perilaku yang umum, dengan carareward and punishment, dimana
kita memberikan pujian bila mereka melakukanperintah dengan benar, dan kita
berikan hukuman melalui perkataan yang bernadabiasa jika mereka salah
melaksanakan perintah. Perintah yang diberikan adalahperintah-perintah ringan,
dan mudah dimengerti.
e. Terapi
Bermain sebagai penggunaan secara sistematis dari model teoritis
untukmemantapkan proses interpersonal. Pada terapi ini, terapis bermain
menggunakankekuatan terapuitik permaianan untuk membantu klien
menyelesaikankesulitan-kesulitan psikosional dan mencapai pertumbuhan,
perkembangan yang optimal.
f. Terapi Musik
menurut Canadian Association for Music Therapy (2002) adalah penggunaan
musik untuk membantu integrasi fisik, psikologis, dan emosi individu,
sertatreatment penyakit atau ketidakmampuan. Atau terapi musik adalah suatu
tetapi yang menggunakan musik untuk membantu seseorang dalam fungsi kognitif,
psikologis, fisik, perilaku, dan sosial yang mengalami hambatan
maupunkecacatan.
g. Terapi
Integrasi Sensoris Terapi ini berguna meningkatkan kematangan susunan saraf
pusat, sehingga lebih mampuuntuk memperbaiki sruktur dan fungsinya. Aktivitas
ini merangsang koneksisinaptik yang lebih kompleks, dengan demikian bisa
meningkatkan kapasitas untuk belajar.
h. Terapi
Biomedik Terapi biomedik fokus pada pembersihan fungsi-fungsi abnormal pada
otak. Dengan terapi ini diharapkan fungsi susunan saraf pusat bisa bekerja
dengan lebih baiksehingga gejala autism berkurang.
i.
Terapi makanan Terapi melalui makanan (diet therapy)
diberikan untuk anak-anak yang alergi pada makanan tertentu. Diet yang sering
dilakukan pada anak autistik adalah GFCF (Glutein Free Casein Free). Anak
dengan gejala autism memang tidak disarankan untuk mengasup makanan dengan
kadar gula tinggi. Hal ini berpangaruh pada sifat hiperaktif sebagian besardari
mereka.
j.
Pendidikan Khusus Pendidikan khusus adalah pendidikan
individual yang terstruktur bagi para penyandang autism. Pada pendidikan
khusus,diterapkan sistem satu guru untuk satu anak. Sistem ini paling efektif
karena mereka tak mungkin dapat memusatkan perhatiannya dalam suatu kelas yang
besar. Banyak orangtua yang tetap memasukan anaknya ke kelompok bermain atau
STK normal, dengan harapan bahwa anaknya bisa belajar bersosialisasi. Untuk
penyandang autism ringan hal ini bisa dilakukan, namun ia harus tetap
mendapatkan pendidikan khusus.
Program
Layanan Pendidikan bagi Anak Autistik Pada anak autistik yang telah melakukan
terapi rutin dengan baik dan memperlihatkan kebehasilan yang cukup tinggi,
anak
tersebut dapat dikatakan bisa menjalani pendidikan yang sesuai dengan anak
tersebut. Anak-anak diperkenalkan ke dalam kelompok anak-anak yang normal yang
sesuai dengan usianya, sehingga ia dapatmempunyai figure / role mode anak
noramal dan meniru tingkah laku anak normaltersebut. Ada beberapa progaram
layanan pendidikan bagi anak autistik yang sesuia dengan kebutuhan
masing-masing anak, diantaranya : Kelas Transisi, Program kelas transisis
ini bertujuan membantu anak atutistik dalam mempersiapkan transisi ke
bentuklayanan pendidikan lanjutan. Dalam kelas trnsisi ini akan digali
dandikembangkan kemampuan, potensi dan minat anak, sehingga akan terlihat
gambaranyang jelas mengenai tingkat keparahan serta keunggulan anak, yang
merupakankarakteristik spesifik dari tiap individu. Kelas transisis merupakan
titikacuan dalam pemilihan bentuk layanan pendidikan lanjutan yang paling
sesuai. Pendidikan Inklusi Program dilaksanakan pada sekolah reguler yang
menerima anak autistik. Karakteristik program ini anak yang sudah mampu
mengendalalikan perilakunya sehingga tampak berperilaku normal, berkomunikasi
dan berbicara normal, serta mempunyai wawasan akademik yang cukup sesuai dengan
anak seusianya. Untuk program ini diperlukan keterbukaan dari sekolah umum;
padas aat test masuk sekolah tidak hanya didasari oleh tes IQ untuk anak
normal. Pendidikan Terpadu Dalam hal ini secara teknis pelaksanaan kegiatan
belajar mengajar dalam pendidikan terpadu memerlukan kelas khusus yang hanya
akan digunakan oleh anak autistikjika anak tersebut memerlukan bantuan dari
guru pembimbing khusus (GPK) atauguru pendamping (shadow), untuk pelajaran tertentu
yang tidak dimengertinya.
Terapi akan
lebih maksimal ketika orang tua juga mempunyai peran yangs ama untuk membantu
anak, karena waktu yang lebih lama bagi anak adalah waktu disaat dia ada di rumah
dan bersama kedua orang tuanya. Terapi juga diperlukan di rumah selain terapi
dari institusi atau sekolah khusus, halini sangat diperlukan kerjasama yang
terorganisir serta dipantau secara intensif dengan tujuan semua program terapi
yang diperlukan dapat berjalan dengan lancar dan tidak ada waktu yang terbuang.
Orang tua dalam melakukan terapi di rumah tentu saja telah mendapatkan
penjelasan tentang proses terapi itu sendiri dengan menerapkan kedisiplinan
yang tinggi pada metode maupun padapenaturan waktu.
1.
Konseling Orang tua dari anak-anak dengan ASD sangat
mungkin mendapatkan keuntungan dari:
2.
Individual dan Konseling Kelompok.
3.
Konsultasi Perkembangan Anak Autisme
4.
Bimbingan program pendidikan atau terapi anak autisme.
5.
Pelatihan metode penanganan (home based therapy)
6.
Kasih Sayang dan Kesabaran, Kunci Keberhasilan
Menangani Anak Autistik
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan materi yang
telah dipaparkan diatas maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Gangguan perkembangan mental dan emosional Yaitu
penyimpangan perkembangan yang menunjukkan tanda-tanda keterlambatan anak
dimama perkembangannya nampak tidak lengkap atau tidak konsisten dengan pola
dan tahapan umum.
2.
Autisme
adalah gangguan perkembangan khususnya terjadi pada masa anak-anak yang membuat
seseorang tidak mampu mengadakan interaksi sosial dan seolah-olah hidup dalam
dunianya sendiri.
3.
sampai
saat ini penyebab autisme belum jelas, diduga akibat kelainan struktur atau
fungsi otak, ada genetik, faktor lingkungan seperti
penggunaan zat kimia tertentu, infeksi virus dan keseimbangan metabolisme.
4.
Tanda dan gejala Autisme ; ketika bayi menolak sentuhan orang tuanya, tidak merespon
kehadiran orang tuanya, dan melakukan kebiasaan-kebiasaan lainnya yang tidak
dilakukan bayi-bayi normal pada umumnya. Sebagian besar penderita autisme mengalami gejala-gejala
negatif seperti skizoprenia seperti menarik diri dari dalam lingkungan serta
lemah dalam berfikir ketika menginjak dewasa. Sehubungan dengan aspek sosial
kemasyarakatan disebutkan bahwa anak penderita autisme terbiasa untuk sibuk
dengan dirinya sendiri, mereka juga terobsesi dengan benda-benda mati, selain
itu anak-anak penderita tidak memiliki kemampuan untuk menjali hibungan
persahabatan, menunjukkan rasa empati serta memahami yang diharapkan oleh orang
lain dalam beragam situasi sosial.
5. Deteksi
dini penyimpangan mental emosional dapat dilakukan dengan menggunakan kuesioner
yang disebut dengan KMME berupa 12 pertanyaan yang diajukan kepada orang tua
anak.
6. Deteksi
dini Autisme dilakukan dengan menggunakan CHAT berupa 9 pertanyaan bagi orang
tua dan 5 pertanyaan bagi untuk anak.
B. Saran
Kepada dosen pembimbing
agar sekiranya dapat memberikan masukan dan saran tentang penulisan makalah ini
baik mengenai sistematika penulisan maupun menyangkut isi atau pokok bahasan
dalam makalah ini. Dan Kepada rekan-rekan agar sekiranya dapat memberikan
kritik dan saran yang bersifat membangun.
Lampiran 1
Koisioner deteksi dini
autisme
KUESIONER
MASALAH MENTAL EMOSIONAL (KMME)
|
NO
|
PERTANYAAN
|
YA
|
TIDAK
|
|
1
|
Apakah anak anda seringkali terlihat marah tanpa sebab yang jelas?
(Seperti banyak menangis, mudah tersinggung atau bereaksi berlebihan terhadap
hal-hal yang sudah biasa dihadapinya)
|
|
|
|
2
|
Apakah anak anda tampak menghindar dari teman-teman atau anggota keluarganya?
(Seperti ingin merasa sendirian, menyendir iatau merasa sedih sepanjang
waktu, kehilangan minat terhadap hal-hal yang biasa diminati)
|
|
|
|
3
|
Apakah anak anda terlihat berprilaku merusak dan menentang terhadap lingkungan
di sekitarnya?
(Seperti melanggar peraturan yang ada, mencuri, seringkali melakukan perbuatan
yang berbahaya bagi dirinya atau menyiksa binatang atau anak-anak lainnya serta
tampak tidak peduli dengan nasehat-nasehat yang sudah diberikan kepadanya)
|
|
|
|
4
|
Apakah anak anda memperlihatkan adanya perasaan ketakutan atau kecemasan
yang berlebihan yang tidak dapat dijelaskan asalnya atau tidak sebanding dengan
anak lain seusianya?
|
|
|
|
5
|
Apakah anak anda mengalami keterbatasan olehkarena adanya konsentrasi
yang buruk atau mudah teralih perhatiannya sehingga mengalami penurunan dalam
aktivitas sehari-hari atau prestasi belajarnya?
|
|
|
|
6
|
Apakah anak anda menunjukkan perilaku kebingungan sehingga mengalami kesulitan
dalam berkomunikasi dan membuat keputusan?
|
|
|
|
7
|
Apakah anak anda menunjukkan adanya perubahan pola tidur?
(Seperti sulit tidur sepanjang waktu, terjaga sepanjang hari, sering terbangun
di waktu tidur malam oleh karena mimpi buruk atau mengigau)
|
|
|
|
8
|
Apakah anak anda mengalami perubahan pola makan?
(Seperti kehilangan nafsu makan, makan berlebihan atau tidak mau makan
sama sekali)
|
|
|
|
9
|
Apakah anak anda seringkali mengeluh sakit kepala, sakit perut atau keluhan-keluhan
fisik lainnya?
|
|
|
|
10
|
Apakah anak anda seringkali mengeluh putus asa atau berkeinginan untuk
mengakhiri hidupnya?
|
|
|
|
11
|
Apakah anak anda menunjukkan adanya kemunduran perilaku atau kemampuan
yang sudah dimilikinya?
|
|
|
|
12
|
Apakah anak anda melakukan perbuatan yang berulang-ulang
tanpa alasan yang jelas
|
|
|
Lampiran
2
CEKLIS DETEKSI DINI AUTIS
PADA ANAK UMUR 18-36 BULAN
CHAT (Checklist
for Autism in Toddler)
|
A
|
YA
|
TIDAK
|
|
|
1
|
Apakah anak senang diayun-ayun atau diguncang-guncang naik turun
(bounched) di paha anda?
|
|
|
|
2
|
Apakah anak tertarik (memperhatikan) anak lain?
|
|
|
|
3
|
Apakah anak suka memanjat-manjat, seperti memanjat tangga?
|
|
|
|
4
|
Apakah anak suka bermain “cilukba”, petakumpet?
|
|
|
|
5
|
Apakah anak pernah bermain seolah-olah membuat secangkir the
menggunakan mainan berbentuk cangkir dan teko atau permainan lain?
|
|
|
|
6
|
Apakah anak pernah menunjuk atau meminta sesuatu dengan menunjukkan jari?
|
|
|
|
7
|
Apakah anak pernah menggunakan jari untuk menunjuk kesesuatu agar
anda melihat kesana?
|
|
|
|
8
|
Apakah anak dapat bermain dengan mainan yang kecil (mobil atau kubus)
|
|
|
|
9
|
Apakah anak pernah
memberikan suatu benda untuk menunjukkan sesuatu?
|
|
|
|
B
|
PENGAMATAN
|
YA
|
TIDAK
|
|
1
|
Selama pemeriksaan apakah anak anda menatap (kontak mata) dengan pemeriksa?
|
|
|
|
2
|
Usahakan menarik perhatian anak, kemudian pemeriksa menunjuk sesuatu
di ruangan pemeriksaan sambil mengatakan : “Lihat itu ada bola (atau mainan
lain)”
Perhatikan mata anak, apakah ia melihat kebenda yang ditunjuk, bukan melihat
tangan pemeriksa.
|
|
|
|
3
|
Usahakan menarik perhatian anak, berikan mainan gelas/cangkir dan teko.
Katakan pada anak : “Buatkan secangkir susu buat mama!”
|
|
|
|
4
|
Tanyakan pada anak : “Tunjukkan mana gelas !” (Gelas dapat diganti dengan
nama benda lain yang dikenal anak dan ada disekitar kita). Apakah anak menunjukkan
benda tersebut dengan jarinya? Atau sambil menatap wajah anda ketika menunjuk
ke sesuatu benda.
|
|
|
|
5
|
Apakah anak anda menumpuk beberapa kubus/balok menjadi suatu menara?
|
|
|
DAFTAR PUSTAKA
Kartono Kartini, 2007.Psikologi Anak.Bandung: CV Mandar Maju
Dewi Ika, dkk. 2008.Konsep Utama perkembangan Anak.
Suraj Gupte. 2004.child care everything you wanted to know.Jakarta:sterling publiser
Waldemar Elna.2007.Playscool guide to the todder year: proffesional
,reassuring advice on surviving-and thriving-during lodder years. Jakarta
mbak apakah ini makalah?
BalasHapusHarrah's Cherokee Casino Resort - Mapyro
BalasHapusCasino 강원도 출장안마 Type 서울특별 출장안마 - Casino Type. Gambling - Gaming 보령 출장안마 & Promotions. 777 포천 출장샵 Harrah's Cherokee Blvd, Cherokee, 28764. 여주 출장안마 (480) 725-8259. For questions or for